Jumat, 23 Juli 2010

Wanita Itu Tangguh

Wanita, makhluq Allah yang tercipta dari tulang rusuk saudara kandungnya yang bernama laki-laki. Seperti dari mana ia berasal, seperti itulah karakternya. Teringat ketika Rasulullah berkata : “ Wanita itu berasal dari tulang rusuk yang bengkok. Jangan terlalu keras ketika engkau ingin meluruskannya, karena ia akan patah. Namun jika ia dibiarkan, ia akan tetap bengkok.” Artinya perlu kesabaran dalam mendidik wanita. Diperlukan kekuatan fikrah dan ruhiyah, sehingga tarbiyah itu mampu melahirkan wanita-wanita penegak peraaban.

Sejarah Islam telah membuktikan, berapa banyak wanita mulia yang terlahir dari keelokkan madrasah tarbiyah di dalam rumahnya. Sebutlah disana ada Maryam, Hajar, Khodijah, Fatimah. Ada juga pejuang Palestine seperti Wafa al Idris, Dareen Abu ‘Aisya, Jameelah Shanti yang mampu mendobrak blokade Israel, atau seperti Zainab Al Ghazali yang tak jera keluar masuk penjara Mesir yang menakutkan dan masih banyak lagi. Mereka adalah wanita-wanita luar biasa yang ketika mereka bangkit, mampu mengalahkan kelemahan yang memenjarakan mereka. Bahkan mereka mampu lebih tangguh dari laki-laki dalam hal ketaqwaan.

Dan, dari kekuatan itu, terlahir dari rahim suci mereka mujahid-mujahid tangguh yang kemudian dengan tangannya membuat Islam semakin mampu mendongakkan wajahnya. Dengan keluhuran budinya, kelembutan hati dan lisannya, ia menjadi lentera dalam redupnya perjalanan yang dihadapi. Seorang wanita yang shalihah, ia akan menjadi ank yang menyejukkan hati orang tuanya, istri yang meneguhkan jihad suaminya, ibu yang bertanggung jawab atas pendidikan anak-anaknya, dan ia pun menjadi mujahidah yang tak luput dari kerja-kerja besar membangun peradaban Islam.

Beberapa waktu yang lalu, ketika bersilaturahim kepada seorang Ibu yang sudah lanjut usia, memiliki enam anak (kalo ga salah) dan semuanya telah sukses. Beliau adalah guru yang telahir dari pendidikan Belanda. Namun kualitas, dedikasi dan semangatnya sungguh luar biasa. Mungkin pahitnya kehidupan di masa lalu itulah yang mendidik beliau kini membuat saya terpana, terharu dan sungguh…ingin seperti beliau. Ketika bercerita bagaimana beliau membesarkan anak-anaknya dengan gaji hanya sebagai guru. Namun beliau memiliki tekad yang kuat, bahwa anak-anaknya harus mendapatkan pendidikan yang baik. Kedekatannya dengan anak-anak sungguh itulah yang membuat hati saya trenyuh mendengarnya. Bagaimana ia bangun setiap malam untuk tahajud dan mendoakan anak-anaknya bersama suaminya dengan diiringi air mata. Sebelumnya ia menyiapkan bahan-bahan untuk dimasak sehingga tidak terlalaikan. Dan setelah subuh ia menyiapkan semua keperluan suami dan anak-anaknya. Terlebih ketika ia mendapatkan kabar anaknya yang hendak ujian. Segera ia mengambil air wudhu yang melaksanakan shalat 2 rakaat untuk mendoakan anaknya. Dan memang… hasilnya sungguh luar biasa. Do’a suci yang terpancar dari lisan dan hati yang suci. Subhanallah ….

Kisah yang paling mengharukan adalah ketika sang suami meninggalkan dia dan anak-anaknya. Ia sendiri sebagai seorang ibu harus berjuang membiayai pendidikan anak-anaknya. Saat itu ada 2 orang anaknya yang belum masuk perguruan tinggi. Karena keiibaan sesorang mengatakan, “ Sudahlah anak-anakmu yang belum kuliah tidak usah kuliah, berat biayanya. Kamu tidak mungkin sanggup.” Namun apa yang dikatakan beliau kemudian, “ Tidak, anak-anakku harus tetap melanjutkan kuliah, soal rezeki pasti Allah memberikan. “ Setiap malam tak pernah beliau tinggalkan tahajud sambil berdo’a penuh harap. Suatu malam karena ngantuk, beliau tertidur. Dan itu seperti ada sebuah bisikan yang mengatakan kepadanya, “ dagang ….dagang … dagang …” Kemudian beliau terbangun dan berfikir, apakah ia harus berdagang ? Tapi apa ?
Akhirnya ia berjualan kue. Karena beliau memiliki kreatifitas yang sangat tinggi, di rumahnya banyak terpajang kerajinan tangannya yang tak kalah bagus dengan barang yang dijual di toko-toko. Dan dari kue itu, luar biasa, pertolongan Allah untuk ibu yang berjuang untuk anak-anak yatim. Kedua anaknya pun mampu melanjutkan ke perguruan tinggi dan menjadi orang-orang sukses. Satu hal istimewa dari beliau adalah manajemen waktu yang sangat rapih. Beliau adalah aktifis. Namun aktifitasnya tidak melalaikan tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Beliau adalah da’iyah yang disegani di kampungnya, sampai saat ini.

Subhanallah, bukan berarti di sini mengumandangkan gender. Namun, sejarah dan fakta telah membuktikan bahwa wanita bukan makhluq lemah. Ia adalah manusia tangguh. Di otaknya berbagai hal yang memusingkan atau membahagiakan tak membuatnya lemah. Karena memililki kekuatan yaitu Rabbnya. Ia mampu berdikari meski ia berjuang sendiri di tengah ganasnya kehidupan tanpa bantuan suami. Bukan hanya ibu yang tadi diceritakan, ibuku pun telah membuktikannya.

Untuk para wanita, buktikan bahwa engkau bukan makhluq lemah, cengeng, manja yang selalu mengadu. Buktikan bahwa engkau pun mampu mengubah peradaban ini dengan tanganmu. Wallahu’alam.


- Syahidah Lamno -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar