Bismillahirrahmanirrahiim.
Di dalam sebuah ruang diskusi, tiba-tiba seorang kawan meluncurkan sebuah kalimat yang lumayan menohok (sebenarnya), andai orang-orang yang di dalam ruangan itu “ngeh” dengan diskusi yang sedang terjadi. Namun nampaknya …tidak, huuuh…sayang sekali.
Ada kejenuhan, yang sebenarnya sudah mengakar sejak lama. Ruang diskusi yang senyap dari ruh perubahan. Terlalu riuh oleh permasalahan yang sebenarnya tak perlu dijadikan masalah. Klasik….monoton dan dangkal.
Kawanku tadi, memang cukup cerdas. Entah mungkin bahasa seperti apa yang pantas diucapkan untuk menggambarkan sebuah gemuruh di dalam hati orang-orang menginginkan movement yang progressive. Tidak terlalu bertele-tele.
Ya, diskusi di ruangan itu pun, nampaknya jauh dari sebuah semangat perubahan. Terlalu terpaku pada sebuah konsep dan idealisme yang tidak realistis. Lima tahun (kurang lebih) sudah, setidaknya ada kesadaran akan sebuah kondisi realitas yang stagnan yang perlu di rubah.
Di lima tahun ini, ternyata orchestra sakit hati menjadi semakin menggemparkan suasana di ruang-ruang diskusi kami. Sikap diam yang kini menjadi pilihan, pun ternyata telah meramaikan deretan pendukung orchestra sakit hati.
Suara lantang dan tegas yang mengorasikan perubahan di hati-hati para penyeru itu, kini semakin tenggelam bersama dengan tenggelamnya jiwa-jiwa yang katanya mencita-citakan perubahan.
Ahhh ….apa itu manhaj ? apa itu renstra? apa arti itu semua jika hanya sebatas konsep yang dihafalkan?
Untuk apa kita ada disini, itu yang paling berarti !!! Yang akan membuat akal dan nurani kita cerdas untuk memahami dan menyusun langkah. Bukan sekedar rajin berdiskusi, tapi kering amalnya. Manhaj, renstra …dan apapun itu, bukan untuk dibicarakan, dan menunggu waktu untuk evaluasi di akhir cerita, tapi untuk diejawantahkan dalam amal, sehingga ia akan membuat rangkaian cerita yang indah di akhirnya.
Semuanya semakin hampa. Ada manhaj, ada renstra, ada konsep, tapi tak ada pelaku. Jadi ….? Maka semakin nyaringlah orchestra sakit hati itu ….
Apology akan kelemahan dan keterbatasan diri, begitu mudah menguap mengisi ruang-ruang yang ada. Saling menuntut dan menarik diri dari kewajiban…ahh, apakah seperti itu orang-orang yang seharusnya menunaikan hak mereka yang menantikan gerak kita?
Sekali lagi, renungilah ! untuk apa kita di sini ? di jalan ini, di atas segala kepayahan langkah ini? Sungguh, memang tidak ada sesuatu yang indah yang dapat kita ambil dari sini, kecuali nanti.
Masing-masing kita mengejar urusan pribadi dan bergerak cepat meninggalkan jalan ini. Baiklah … pergilah dari jalan ini. Karena rasanya memang terlalu sesak jalan ini, jika dipenuhi orang-orang yang egois dengan urusan pribadi namun masih sok sibuk mikirin urusan umat. Ini bukan urusan main-main. Jika untuk urusan ini, hanya waktu, tenaga dan fikiran sisa yang bisa diberikan, lebih baik, PERGILAH !!! karena aku yakin, umat pun akan ikhlas. Namun ketahuilah !!!! Kewajiban ini tak akan pernah selesai, meski episode kita diwaktu ini berakhir.
Semoga nada getir orchestra sakit hati ini pun akan berakhir, dan segera berganti dengan Mars Kemenangan !!!! Semoga.
- Syahidah Lamno -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar