Hidup adalah belajar. Belajar ikhlas meski terbebani, belajar mengasihi meski tersakiti, belajar memahami meski tak sehati, belajar mengalah dari suatu keegoisan, dan belajar sabar dari sebuah kemarahan.
Senja ini, skenario lama kembali terulang. Sekali lagi, begitu indah di akhirnya. Tenang, damai, meski sesaat sebelumnya bening lara telah kembali terurai. Setiap detik dalam hidup ini adalah pembelajaran. Duka yang menyapa, senyum yang tersimpulkan, tawa yang menghangatkan, semua itu adalah pembelajaran bagi manusia dari Tuhan. Pembelajaran mahal lagi sulit, namun kebanyakan manusia tak memahaminya, serta menjadikannya sebagai sebatas kisah yang datang dan pergi.
Senja ini, ia mengatakan padaku, “Teguhlah engkau sekali lagi wahai kawan. Teguh untuk yang kesekian kali, terus, dan teruslah teguh. Keteguhan itulah jalan kesabaranmu. Dan kesabaran itulah kekuatanmu.” Meski ternyata senja ini ia kembali temaram, namun ia menyemangatiku agar cahaya kekuatanku tak turut temaram. Tentu itu tak mudah. Dan karenanya,aku harus belajar.
Senja ini, Dia mengajarkanku bagaimana bertahan di atas kelemahan dan keterbatasan. Bagaimana kesulitan harus kupecahkan, serta bagaimana ku harus berdiri di atas guncangnya tapak eksistensi yang selama ini terjaga. Sekali lagi tak mudah. Pelajaran yang Dia berikanpun, tak mudah ku fahami. Soal yang ku hadapi, tak mudah kujawab. Lelah tentunya fikiran ini. Namun sekali lagi, aku harus belajar.
Senja ini, aku merasa kerdil di atas ketetapan Nya. Hanya kepasrahan yang mampu menguatkanku di hadapan Nya dan di jagat eksistensi ini. Seperti apapun wajah senja kali ini, pembelajaran tetap menjadi keharusan untuk disimpulkan maknanya. Ya, kesimpulan tentang sebuah jawaban yang mungkin pahit atau manis untuk dijalankan.
Senja ini, setidaknya memaksaku untuk menjadi manusia yang lebih baik, lebih bijak, lebih teguh, dan segala kelebihan lain yang belum mampu kumiliki sebagai karakter diri. Bersikap selayaknya manusia pembelajar yang pantang menyerah meski ia salah. Dan tentu, dalam setiap kesalahan yang tak ayal mungkin terulang, ada pendewasaan yang harus dimunculkan demi perbaikan diri.
Senja ini, sebuah tekad harus kembali diperbaharui. Tekad untuk berlepas dari segala keterbatasan dan kelemahan yang melelahkan. Mungkin akan berat di awal. Tapi ia harus. Setidaknya, nanti ketika satu pintu telah terbuka akan ada pintu-pintu lain yang terbuka. Saat ini, tekadku harus selalu ku jaga, agar segera ku dapatkan kunci untuk membuka pintu-pintu. Dibutuhkan kesabaran yang tak kecil, dan untuk itu, aku harus belajar.
Senja ini, meski aku kembali kalah dan roboh, namun ia menyisakan kekuatan untuk bangkit mendobrak segala kelemahan. Detik ini, sebuah pembelajaran mahal yang tidak boleh dilupakan adalah belajarlah menghargai sebuah pengorbanan dan menjaga sebuah kepercayaan yang sejatinya keduanya adalah tali pengikat yang tak akan lapuk oleh habisnya usia.
Senja ini, aku tertunduk lemah. Di tengah ketidakberdayaan, aku berpasrah kepada Rabb Penggenggam Jiwa. Berserah segala urusan hidup dan mati. Di bawah pengawasan Nya yang tak mungkin lengah, keyakinan pada sebuah janji yang tak mungkin teringkari pun semakin menguat. Dan senja ini, adalah senja terindah yang mengajarkanku arti hidup yang lebih bermakna, tentang sebuah perjuangan yang tak boleh dihentikan, dan pengorbanan yang tak boleh diremehkan.
Senja ini, aku menjadi manusia baru.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar