Kota Udang, 29 Desember 2010
Perjuangan memang selalu menjadi cerita menarik dalam sebuah dinamika waktu. Ia tak pernah jeda untuk menjadi tema besar yang selalu ada dalam sebuah jagat eksistensi. Ia menjadi parameter kegemilangan masa depan seluruh makhluq, tak hanya manusia. Segala bekal potensi yang ada, dikerahkan demi hasil perjuangan yang memuaskan.
Perjuangan tak akan mungkin ia berjalan sendiri. Ia membutuhkan pengorbanan sebagai teman perjalanan. Keduanya akan selalu berjalan beriringan, hingga cita-cita yang diharapkan hadir di penghujung lelah. Cita-cita itu pun adalah sebuah keniscayaan, ia berbanding lurus dengan perjuangan dan pengorbanan.
Perjuangan, ia adalah titik awal kehidupan dimulai, kemudian berproses dan akhirnya tamat. Siapa yang berhenti berjuang, maka ia menghentikan denyut nadi kehidupannya. Tak ada sejarah yang bergulir menjadi cerita. Padahal, sejatinya ia adalah warisan yang tak akan pernah habis.
Menapaki setiap detik waktu baru yang bergulir, menghajatkan diri untuk terus berkarya. Melukis sejarah di atas kanvas kehidupan, memang tak mudah. Terkadang, gradasi warna yang ada, tak sesuai dengan keinginan. Tangan ini pun harus bergerak lincah memainkan kuas, memadukan warna demi warna agar ia serasi di pandang.
Detik ini, di tengah keterbatasan yang ada, sedikit kekuatan yang ada tak boleh ia disia-siakan. Satu per satu pintu-pintu masa depan mulai terbuka. Satu per satu kesempatan berhamburan menyambangi diri yang terdiam, terpaku oleh kebisuan, terpasung oleh keraguan dan kepasrahan yang salah.
Aset termahal dalam hidup pun menggugat. Ia adalah taruhan antara kegagalan atau kegemilangan. Mundur atau maju. Berjuang atau diam. Sebuah peta masa depan yang semakin jelas tergambar, kini telah lekat di alam fikir. Ya, ia adalah kekuatan yang semakin menguat dan mengikat jiwa untuk terus bergerak bersama waktu yang semakin membawa pada gerbang perpisahan. Jiwa, di tengah-tengah kesendiriannya, ia tak boleh lemah. Pena telah menulis takdirnya di Lauh sana.
Lima tahun sudah, kaki ini berjalan menapaki satu per satu tangga kehidupan di bawah atmosfer yang berbeda. Lelah yang senantiasa menjadi teman, hiruk pikuk problema hidup yang tak kenal jeda, kini telah mampu dimaknai sebagai hiasan yang kadang dirindu hadir. Lima tahun sudah, kaki ini melangkah mengejar cita-cita yang tak pernah bosan aku memimpikannya.
Kini, di episode baru kehidupan yang semakin ramai perpaduan warnanya, pun menggugat diri ini untuk terus berhajat menuntaskan satu demi satu mimpi yang telah terlalu lama mengendap. Rumit memang, karena mereka adalah rangkaian cerita di masa yang akan datang. Mereka memang sangat rahasia. Oleh karenanya, hanya kekuatan optimis yang mampu mendobrak pintu rahasia itu menjadi keniscayaan.
Di lima tahun ini, kematangan jiwa yang semakin, tak boleh ia dipatahkan oleh kegagalan yang mungkin akan kembali menyapa. Tidak bermaksud pesimis, namun kegagalan pun adalah cerita yang tak jarang lekat mewarnai kanvas kehidupan manusia. Dengan kematangan jiwa yang ada, setidaknya kanvas itu menyiratkan warna yang lebih bersemangat, tidak lagi buram.
Di akhir tahun kelima ini, di senja ini adalah titik baru peta masa depan itu digambar. Bergerak di atas keterbatasan yang ada, ku pahat sejarah di sini, ku rangkai cerita dan ku torehkan warna indah di atas kanvas kehidupan. Dan esok adalah keniscayaan yang tak akan sia-sia. Insya Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar