“ Jenuh, potongan puzzle yang hilang belum ketemu juga.” Pesan singkat dari seorang teman.
Puzzle, permainan yang biasa dilakukan oleh anak-anak juga orang dewasa ketika mereka merasa jenuh dengan aktivitas mereka. Meski terkesan iseng dan buang-buang waktu, namun ternyata permainan puzzle cukup efektif melatih konsentrasi dan ketepatan dalam mengatur langkah berfikir. Tidak sedikit orang-orang yang tingkat jenuhnya tinggi dalam pekerjaannya, selalu ada kotak puzzle di dalam tasnya atau di atas meja kerjanya.
Media puzzle memang sangat membantu dalam meningkatkan kreativitas anak. Puzzle juga melatih mereka berfikir strategic, dan ini sangat bermanfaat dalam membentuk pola pikir anak ketika besar nanti. Bisa dipastikan, akan ada perbedaan yang signifikan antara perkembangan otak anak-anak yang ketika kecilnya bermain dengan mainan edukatif dan anak-anak yang bermain dengan mainan pada umumnya, bebonekaan atau mobil-mobilan.
Pesan singkat dari seorang teman di atas, bukanlah dia jenuh karena potongan puzzle mainannya hilang dan belum diketemukan. Potongan puzzle itu adalah maksud implisit dari sebuah perasaannya yang dingin dan sendiri. Puzzle yang dia maksudkan adalah bagian-bagian kehidupannya yang tengah dia susun. Dan potongan puzzle yang sedang dia cari adalah bagian dari kehidupannya yang cukup ‘sulit’ disentuh dan disatukan dengan bagian yang lain.
Menarik memang. Menganalogikan kehidupan ini bagaikan menggabungkan puzzle, satu demi satu sampai utuh sempurna. Karena memang kehidupan ini harus berproses, terus mendaki dan bergulir mengeksekusi episode demi episodenya. Di setiap episode itulah, puzzle itu disusun. Setiap episode yang bergulir, ia menyempurnakan keutuhan proses kehidupan yang bertema.
Adakalanya, kita mampu menyusun sepenggal cerita hidup dalam sebuah episode secara utuh, rampung hingga akhirnya. Namun, disatu episode yang lain, kita terlalu sulit menyusun puzzle kehidupan kita karena jarak atau waktu yang menjauhkan, atau karena potongan puzzlenya itu tidak mudah disatukan. Mereka tercerai dan masing-masing menghilang.
Pesan dari seorang teman itu, adalah pengungkapan jujur seorang lajang yang tengah menanti atau juga mungkin mencari potongan puzzle kehidupannya, untuk dia ingin segera diketemukan dan digenapkannya menjadi kehidupannya yang utuh, tidak pincang, seimbang dan berharmoni. Sedikit menggelitik mungkin ungkapan ini, namun begitulah maksudnya. Sedikit berlebihan mungkin, namun memang itulah realita yang bukan merupakan kemunafikan.
Semuanya bergulir alamiyah. Waktu yang ada saat ini, ia telah menggantikan masa dulu yang mungkin masih dipenuhi oleh cerita-cerita nan polos sesuai karakter diri. Namun saat ini adalah masa yang tengah sampai pada waktu yang jauh dari titik permulaan ia bergulir. Karakter yang ditempa oleh perjalanannya, membekas dalam sebuah bingkai berkarakter baru yang coraknya tidak lagi cerah memerah jambu, namun semakin gelap dan meredup.
Inilah masa yang sulit untuk dilewati. Meski banyak pula orang-orang yang berada pada situasi ini, mereka mampu bertahan dengan pertahanan yang sempurna. Mereka tidak meratapi salah satu potongan puzzle terpenting kehidupannya yang belum diketemukan. Tidak masalah, karena masih ada potongan-potongan puzzle lain yang susunannya lebih mudah diutuhkan.
“Potongan puzzle” itu adalah perasaan fitrahnya yang tidak bisa disembunyikan dari kesibukan fisik dan pikirannya. Meski waktu juga kadang menutup celah untuk mencari potongan itu, namun tetap saja dia tak jarang muncul di tengah-tengah kelelahan. Inilah yang mungkin dirasa berat oleh temanku. Jika saja ‘potongan puzzle’ itu dia genggam, mungkin ia dapat membagi cerita hidupnya atau lelah yang menyelimutinya. Setidaknya, ruang hatinya tidak selalu penuh dengan rasa monoton seperti hari-harinya. Pergi pagi pulang petang, malam terkapar.
Namun, ia kadang menyerah untuk tidak lagi mencari dan berharap menemukan ‘potongan puzzle’nya. Useless. Hanya menyisakan lelah. Harapannya bertepuk sebelah tangan, tidak ada dukungan, hanya wejangan-wejangan lama yang menjenuhkan. Kini temanku semakin dingin ketika bercerita ‘potongan puzzle’nya. Biarlah waktu yang menjawab. Toh, ia juga rahasia Nya.
Ya, ia adalah rahasia Nya. Sekuat apapun usaha manusia untuk memecahkannya, Dia tetap lebih berkuasa dalam menetapkan. Dan ‘potongan puzzle’ itu kini dibiarkannya berlalu dari pikiran dan hatinya. Tidak perlu agresive menceritakan kerinduannya pada ‘potongan puzzle’ . Jika memang ia kelak menjadi bagian kehidupanya yang utuh, maka pasti ia akan diketemukan pada tempat dan waktu yang tepat. Insya Allah []
Untuk teman seperjuanganku, sabarlah Insya Allah ‘potongan puzzle’mu pasti kau ketemukan ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar